Dari banyaknya ayat Kitab Suci yang berhubungan dengan topik ini, ada beberapa di antaranya yang begitu krusial (penting) berikut ini:
"Saudara-saudara, aku boleh berkata-kata dengan terus terang kepadamu tentang Daud, bapa bangsa kita. Ia telah mati dan dikubur, dan kuburannya masih ada pada kita sampai hari ini. Tetapi ia adalah seorang nabi dan ia tahu, bahwa Allah telah berjanji kepadanya dengan mengangkat sumpah, bahwa Ia akan mendudukkan seorang dari keturunan Daud sendiri di atas takhtanya. Karena itu ia telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa daging-Nya tidak mengalami kebinasaan" (Kisah Para Rasul 2:29-31). "Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih" (Kolose 1:13).
Ayat-ayat di atas akan dibahas secara rinci nantinya. Secara garis besar, ayat-ayat ini menunjukkan sedikitnya 2 fakta, yaitu: (1) Yesus telah mulai memerintah sebagai Raja pada hari Pentakosta, dan (2) pada saat Paulus menulis Kitab Kolose, beberapa orang Kolose telah dipindahkan ke dalam Kerajaan-Nya.
Masalah Dasar
Masalah yang harus dipertimbangkan di sini adalah apakah Kristus akan memerintah di atas tahta di bumi ini (Yerusalem) selama 1000 tahun pada waktu tertentu di masa akan datang? Para premilenialis menjawabnya secara afirmatif, sedangkan Alkitab menjawab secara negatif. Ada sejumlah rincian program premilenial yang krusial akan dinyatakan dan dibahas lebih lanjut. Namun pada kesempatan ini yang akan dijelaskan lebih dulu adalah apa itu premilenialisme. Para premilenialis percaya bahwa nubuatan-nubuatan dalam Perjanjian Lama tentang Mesias dan kerajaan-Nya akan didirikan-Nya ditujukan pada raja duniawi dan kerajaan duniawi, yakni Mesias akan memerintah atas bangsa Israel jasmani. Selanjutnya, mereka percaya bahwa tujuan kedatangan Kristus yang pertama (ke bumi) adalah untuk mendirikan kerajaan duniawi (politik) di kota Yerusalem agar dapat memerintah secara jasmani selama 1000 tahun di atas tahta kerajaan duniawi. Tetapi para premilenialis percaya bahwa oleh karena orang Israel (sebagai bangsa) menolak Kristus sebagai Raja pada kedatangan-Nya yang pertama (2000 tahun lalu), maka Dia tidak dapat memenuhi apa yang menjadi tujuan-Nya datang saat itu, yaitu Dia tidak dapat mendirikan kerajaan itu. Selanjutnya, mereka percaya bahwa oleh karena Kristus gagal dalam upaya pertamanya untuk mendirikan kerajaan (1000 tahun) itu, maka Dia menunda pendirian kerajaan tersebut, dan akhirnya Dia mendirikan gereja (sebagai suatu “gagasan alternatif”). Oleh karena mereka percaya bahwa pendirian kerajaan itu “ditunda”, maka mereka juga percaya bahwa: (1) Kristus akan datang ke bumi sebelum Dia duduk di atas tahta Daud, (2) kemudian Kristus akan duduk di atas tahta Daud, dan akhirnya (3) Kristus akan memerintah selama 1000 tahun di atas bumi ini.
Beban Dasar
Dalam pelajaran ini akan dinyatakan bahwa program premilenialis itu salah, bertentangan dengan pengajaran Alkitab, dan juga akan dikemukakan kebenaran Alkitab mengenai Kristus, pemerintahan-Nya, dan Kerajaan-Nya.
Pokok-Pokok Penting Mengenai Premilenialisme
Di antara banyak pokok penting mengenai premilenialisme adalah: (1) “benih”, (2) tanah perjanjian, (3) janji restorasi orang Israel dari pembuangan di Babilonia, (4) janji mengenai kerajaan yang akan dipimpin oleh Mesias. Pokok terakhir inilah yang akan menjadi pusat perhatian dalam pelajaran ini, karena inilah yang sesungguhnya akan menghancurkan premilenialisme.
Garis Besar Pokok Bahasan
Untuk memberikan dasar yang kuat atas pertanyaan mengenai premilenialisme, maka ada dua bagian besar yang akan dibahas berikut ini:
Bagian I – “Program” Premilenialis
1. Berdasarkan pada sejumlah nubuatan (yang disalahtafsirkan oleh mereka selama beberapa abad sebelum Kristus muncul di tengah-tengah orang Yahudi sebagai seorang Rabi), orang-orang Yahudi telah melihat ke masa depan tentang kedatangan Mesias yang telah dijanjikan dalam nubuatan-nubuatan tersebut. Mereka memiliki kerinduan yang dalam dan besar akan kerajaan yang telah dijanjikan oleh Allah. Mereka yakin bahwa ketika kerajaan itu didirikan maka mereka akan memiliki raja duniawi yang dapat: (1) bukan hanya menghalau kekuatan tentara Romawi dari negeri mereka, tetapi juga (2) menaklukkan semua bangsa lainnya.
Nubuatan-nubuatan yang berhubungan dengan hal ini adalah: (1) benih yang dijanjikan (Kejadian 3:15; 22:18; 2 Samuel 17:12,13); (2) tanah yang dijanjikan (Kejadian 15-17; 17:1-8); (3) janji pemulihan dari Babilonia, dan (4) janji seorang raja dan kerajaannya (2 Samuel 7:12,13; Daniel 2:35-44; Mazmur 89:3, 34-37; 110:1-4; Daniel 7:13,14; Yehezkiel 21:27; Kejadian 48:10).
Perlu dicatat bahwa bagian vital dari program premilenialis adalah bahwa nubuatan-nubuatan dalam Perjanjian Lama itu mengindikasikan Mesias akan memerintah sebagai pemimpin politik di atas tahta kerajaan duniawi atas Israel jasmani di Yerusalem.
2. Kedatangan Kristus yang pertama adalah untuk menawarkan Kerajaan itu kepada orang Yahudi. Para premilenialis percaya bahwa karena Kristus tidak memenuhi kriteria seorang raja yang telah dijanjikan itu kepada orang Yahudi, maka kebanyakan di antara mereka menolak-Nya. Selanjutnya mereka percaya bahwa selain itu juga, karena kecaman Kristus terhadap kemunafikan orang Yahudi, sehingga menyebabkan penyaliban-Nya. Mereka mengklaim bahwa orang Yahudi telah menyalibkan raja dan menolak kerajaan-Nya.
Orang Yahudi dapat menyalibkan Yesus hanya dengan memohon kepada kekuatan tentara Romawi – bangsa yang dibenci dengan dendam oleh orang Yahudi karena mereka (orang Yahudi) diperlakukan begitu menyakitkan sebagai orang yang takluk kepada Roma. Mereka tidak dapat melupakan sejarah besar Israel sebagai sebuah kerajaan yang pernah dipimpin oleh Daud. Pada masa itu Israel adalah bangsa penakluk, bukan sebaliknya. Mereka tidak dapat melupakan kemuliaan besar dan kemasyuhran Salomo dan kerajaan yang dipimpinnya tersebar luas, bahkan beberapa tahun berlalu ketika mereka tanpa raja, harapan mereka akan pemerintahan raja berkuasa (dengan kekuatan tentara yang besar) atas kerajaan dunia yang mulia tidak pernah surut. Namun ada keraguan atas harapan itu, karena mereka telah membutakan hati mereka terhadap pengertian rohani dari nubuatan tentang raja dan kerajaannya itu. Selanjutnya, janji Allah tentang hal ini dan apa yang dimaksudkan-Nya dengan membangkitkan seorang keturunan Daud sebagai raja, akan dibahas lebih rinci lagi. Orang Yahudi melihat keturunan Daud ini semata-mata dari segi manusiawinya saja, (1) yang akan duduk di tahta kerajaan di atas bumi, dan (2) yang akan memerintah dengan kekuatan tentara yang besar. Apa yang ada di dalam pikiran mereka adalah sebuah kerajaan dunia dengan kekayaan materi dan kekuatan tentara yang besar. Tetapi kemudian akan terlihat dari bimbingan Roh Kudus atas rasul Petrus yang menjelaskan inti dari penggenapan janji-janji ini yang sesungguhnya bersifat rohani pada hari Pentakosta. Perlu dicatat bahwa ketika Allah berjanji akan membangkitkan seorang dari keturunan Daud untuk duduk di atas tahtanya, terpenuhi setelah kebangkitan-Nya. Orang Yahudi tidak pernah berpikir bahwa Mesias akan disalibkan dan dibangkitkan, lalu akan duduk di atas tahta Daud. Merupakan elemen krusial dalam premilenialisme saat ini untuk percaya bahwa orang Yahudi sungguh benar dalam pandangan ini! Orang Yahudi abad I dan juga para premilenialis saat ini terus mengharapkan sebuah kerajaan dengan kekayaan materi dan kekuatan tentara besar. Mereka (orang Yahudi) memiliki pandangan duniawi dan materialis tentang kerajaan Allah, seperti halnya dengan para premilenialis saat ini. Tetapi harus dicatat, menurut Yohanes pasal 6, Yesus menolak untuk menjadi raja dunia. Dia adalah Raja atas kerajaan rohani (gereja).
3. Kerajaan itu “ditunda” dan gereja didirikan. Para premilenialis berpendapat bahwa ketika Yesus berkata, “Kerajaan Allah sudah dekat” (Markus 1:15) itu maksudnya adalah bahwa memang tujuan Yesus untuk segera mendirikan kerajaan yang telah dinubuatkan oleh para nabi. Tetapi menurut premilenialisme, orang Yahudi menolak kerajaan itu dan menyalibkan rajanya. Pandangan ini menunjukkan bahwa jika orang Yahudi sebagai sebuah bangsa telah menerima Kristus, maka (1) Dia akan mendirikan kerajaan di Yerusalem, sebagai ibukotanya, (2) lalu orang Yahudi akan mengalahkan Romawi di medan perang dan akan menghalau mereka dari tanah Palestina, dan (3) Orang-orang Yahudi akan ditinggikan di antara bangsa-bangsa. Jadi, menurut teori ini (karena kerajaan ditolak dan rajanya telah disalibkan), kerajaan itu ditunda dan baru akan didirikan pada waktu kedatangan Kristus yang kedua, dan demikianlah kerajaan-Nya akan berdiri di bumi ini, sebagaimana sejak dari awal telah diharapkan oleh orang Yahudi. Sebuah pertanyaan menarik muncul: apakah tidak aneh jika benar demikian sebagaimana diklaim oleh para premilenialis, bahwa Allah telah menyatakan melalui para nabi-Nya bahwa kerajaan tidak akan berdiri hingga kedatangan Kristus yang kedua padahal Yesus sendiri telah mendeklarasikan bahwa kerajaan itu “sudah dekat” pada permulaan pelayanan pribadi-Nya?
Seluruh situasi yang diimpikan oleh para premilenialis memerlukan elemen pokok yaitu bahwa gereja Kristus tidaklah direncanakan oleh Allah sejak dari awal. Ini berarti bahwa ketika Kristus ditolak sebagai raja orang Yahudi dan ketika kerajaan itu juga mereka tolak sebagai sebuah bangsa, maka gereja didirikan sebagai semacam pengganti sementara yang berfungsi hingga Kristus datang kembali. Pandangan ini selanjutnya memunculkan anggapan bahwa ketika Kristus datang kembali, maka kita akan berada pada “tahap pertama” dari “kedatangan-Nya yang kedua”. Jadi, menurut Premilenialisme, kita saat ini hidup pada zaman yang disebut sebagai “zaman gereja” atau “dispensasi gereja”, dan selama periode waktu ini gereja merupakan sebuah lembaga yang di dalamnya manusia dilatih untuk memerintah bersama Kristus selama dispensasi milenial. Mereka berpendapat bahwa pengajaran Injil saat ini bukanlah usaha untuk menyelamatkan semua manusia; tetapi untuk tujuan memberi kesaksian khusus dan memanggil sejumlah orang tertentu yang akan membentuk tubuh Kristus.
4. Kebangkitan pertama. “Kebangkitan pertama” (yang disebutkan di dalam Wahyu 20) akan terjadi pada saat “rapture (pengangkatan)” menurut premilenialisme. Ini (“rapture”) juga berarti ketika Kristus datang untuk orang-orang kudus-Nya. Semua orang kudus yang telah mati (selama periode Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) akan dibangkitkan dari antara orang mati. Kemudian semua orang kudus yang masih hidup akan diubahkan. Inilah yang mereka sebut sebagai “bagian pertama” dari kebangkitan pertama. Kemudian kebangkitan orang-orang kudus yang mengalami penderitaan besar selanjutnya disebut sebagai “bagian kedua” dari kebangkitan pertama.
5. “Rapture”. Menurut premilenialisme, semua orang kudus (baik yang telah dibangkitkan maupun yang telah diubahkan) akan naik bertemu Tuhan di awan-awan. Maka “zaman gereja” berakhir pada saat “rapture”. Kedatangan Kristus untuk orang-orang kudus-Nya akan berlangsung rahasia, pada malam hari. “Rapture” juga disebut sebagai bagian pertama dalam tahap pertama dari kedatangan Tuhan yang kedua - pengangkatan orang-orang kudus ke surga yang disebut para premilenialis dengan “rapture”. Zaman gereja atau yang disebut dispensasi gereja akan berakhir pada saat “rapture” atau ketika Kristus datang untuk orang-orang kudus-Nya.
6. Orang-orang kudus berada di surga, dan periode “penderitaan besar” di bumi. Menurut premilenialisme, setelah “rapture” orang-orang kudus akan berada di surga bersama-sama dengan Tuhan selama 7 tahun. Dan selama 7 tahun ini, akan berlangsung “penghakiman atas orang-orang kudus”. Pada periode ini juga akan berlangsung pemberian upah yang layak dan posisi masing-masing kepada setiap orang kudus. Juga selama periode ini, apa yang disebut dengan istilah “perjamuan kawin” akan dilangsungkan di surga. Kemudian selama 3 ½ tahun terakhir dari masa 7 tahun ini akan terjadi “penderitaan besar” di bumi. Dan, meskipun semua orang kudus akan diangkat ke surga pada saat “rapture”, namun selama periode “penderitaan besar” itu akan banyak orang yang akan ditobatkan kepada Yesus Kristus. Anti-Kristus akan muncul selama masa 7 tahun orang-orang kudus bersama-sama dengan Tuhan di surga. Kemudian orang Yahudi akan mengadakan sebuah perjanjian dengan Tuhan. Orang-orang yang ditobatkan selama masa 7 tahun orang-orang kudus bersama-sama dengan Kristus di surga akan dibunuh sebelum Tuhan datang kembali. Mereka semua – setiap orang – akan dibunuh. Ini biasanya ditujukan pada “penderitaan orang-orang kudus”. Penderitaan yang akan mereka alami adalah penganiayaan yang paling luar biasa hebat daripada yang pernah dialami oleh manusia. Selama periode ini seluruh Israel (bangsa Israel jasmaniah) akan diselamatkan.
7. “Kedatangan kedua” (“Penyataan”). Menurut premilenialisme, apa yang disebut “penyataan” akan terjadi bersamaan dengan kedatangan Kristus bersama-sama orang-orang kudus-Nya untuk mengakhiri “penderitaan besar”. (Tentang hal ini, kita perlu mempertimbangkan sebuah pertanyaan: jika semua orang kudus sebelum masa penderitaan berada di surga, dan semua orang kudus yang mengalami penderitaan dibunuh, lalu siapakah yang menobatkan mereka selama masa penderitaan besar itu?) Ini akan menjadi saat bagi “orang-orang kudus yang mengalami penderitaan” yang dibangkitkan untuk diberi upah sebagai pengumpulan hasil panen besar dari kebangkitan pertama. Ini akan menjadi “tahap kedua” dari “kedatangan Kristus yang kedua”. Orang-orang non Yahudi yang masih hidup di bumi akan dikalahkan dan dihakimi. Lalu Kristus akan naik tahta Daud dan duduk sebagai raja dunia atas kerajaan yang disebut sebagai “kerajaan seribu tahun”, yang kemudian akan didirikan. Setan akan dibelenggu dan dimeterai di dalam lubang yang tak berdasar. “Orang-orang kudus yang mengalami penderitaan” akan dibangkitkan 7 tahun setelah orang-orang kudus lainnya dibangkitkan. Ini akan disebut dengan istilah “bagian kedua” dari “kebangkitan pertama”.
8. Kerajaan yang didirikan adalah kerajaan fisik, kerajaan duniawi, yang akan eksis selama 1000 tahun. Kerajaan ini akan dimulai dengan “penyataan”. Hal ini mencakup waktu Kristus akan memerintah dalam “pemerintahaan agung” di bumi selama 1000 tahun ketika Dia duduk di atas “tahta Daud”. Para premilenialis berpendapat bahwa pada waktu ini orang-orang non Yahudi di bumi akan ditobatkan. Dan seperti kita telah ketahui sebelumnya bahwa menurut para premilenialis, ini adalah waktu bagi bangsa Israel untuk menjadi penguasa atas seluruh bumi dan akan menduduki posisi teratas dari segi kemiliteran di antara bangsa-bangsa lainnya. Selama 1000 tahun ini, orang-orang kudus (anggota-anggota gereja) akan berada di Yerusalem, Palestina, dan akan memerintah bersama dengan Kristus dengan “gada besi”. Juga selama 1000 tahun ini, setan akan dibelenggu, dipenjara di lubang yang tak berdasar dan dimeterai (Wahyu 20:1-3; Yudas 6). Selama periode 1000 tahun ini tidak akan ada orang di atas bumi akan takluk kepada pencobaan. Orang-orang kudus yang datang bersama Kristus diklasifikasikan sebagai berikut: (1) orang-orang yang telah mengalami mati syahid selama pemerintahan binatang buas, (2) orang-orang yang telah menolak memakai tanda dan nama binatang buas itu.
Bagian II – Kebenaran Tentang Kristus dan Kerajaan-Nya Adalah Argumen Dasarnya
1. Argumen dasar dinyatakan. Argumen dasar ini digunakan di sini: (1) untuk membentangkan kebenaran tentang Kristus dan kerajaan-Nya, dan (2) untuk menyangkal doktrin pokok premilenialisme, yang diuraikan berikut ini:
Jika kematian, penguburan, kebangkitan, kenaikan, dan penobatan Kristus (sebagai Raja) ini semua terjadi untuk menggenapi nubuatan, maka premilenialisme salah, dan Kristus sebenarnya telah memerintah sebagai Raja sejak Pentakosta pertama setelah kebangkitan-Nya dari antara orang mati.
Kematian, penguburan, kebangkitan, kenaikan, dan penobatan Kristus (sebagai Raja) ini semua terjadi untuk menggenapi nubuatan.
Oleh karena itu, Premilenialisme salah dan Kristus sebenarnya telah memerintah sebagai Raja sejak hari pertama Pentakosta setelah kebangkitan-Nya dari antara orang mati.
2. Argumen dijelaskan. Argumen ini tidak dipertanyakan lagi validitasnya (keabsahannya) oleh karena argumen ini adalah sebuah silogisme, dimana kalimat premis pertama telah diteguhkan. Jadi jika premis pertama dan kedua benar, maka kesimpulannya pasti benar juga. Oleh karena hal ini penting (jika premilenialisme benar) untuk sub-doktrin tertentu adalah benar, bahkan jika salah satu dari sub-doktrin dapat ditunjukkan salah, maka akan nyata bahwa premilenialisme itu sendiri salah. Maka jika dapat ditunjukkan bahwa nubuatan-nubuatan yang berhubungan dengan kematian Kristus atau penguburan-Nya, atau kebangkitan dan kenaikan-Nya, atau juga penobatan-Nya (sebagai Raja) sebagai suatu fakta yang menunjukkan bahwa satu saja sub-doktrin premilenialisme salah, maka itu telah menunjukkan bahwa premilenialisme sepenuhnya salah. Ditambah lagi dengan hal lain yang menunjukkan bahwa Yesus memerintah sebagai Raja dalam kerajaan-Nya sekarang ini.
Bukti Argumen
Bukti premis pertama. Oleh karena kalimat yang mendahului tipe proposisi hipotetis ini adalah pernyataan konjuktif (bantu), dan juga karena untuk menunjukkan bahwa yang manapun di antara kata-kata bantu dari proposisi kata bantu gabungan itu salah, maka untuk menunjukkan bahwa seluruh proposisi gabungan itu adalah salah, dan juga menunjukkan bahwa elemen manapun dari kalimat sebelumnya (dari premis ini) itu salah, maka itu sama saja bahwa hal selanjutnya juga akan salah. Secara singkat premis pertama artinya bahwa jika rencana awal Allah (dalam kemahatahuanNya) agar Kristus datang ke muka bumi dan hidup selama periode kurang lebih 33 tahun (sebagaimana tercatat di dalam Perjanjian Baru), maka ajaran-ajaran inti premilenialisme adalah salah (palsu) dan faktanya sekarang Yesus sedang memerintah sebagai Raja. Untuk menunjukkan bahwa sub-ajaran dari ajaran dasar premilenialisme adalah salah, saya cukup menunjukkan kebenaran tentang kematian, penguburan, kebangkitan, kenaikan, dan pemahkotaan Kristus. Dengan menyatakan hal ini, saya tidak hanya menunjukkan bahwa premilenialisme itu salah, tetapi juga akan menunjukkan bahwa Yesus Kristus sekarang ini adalah Raja yang memerintah atas kerajaan-Nya. Oleh karena itu, jelas bahwa premis pertama benar adanya.
Bukti premis kedua. Premis kedua menyatakan jika kematian, penguburan, kebangkitan, dan kenaikan Kristus telah dinubuatkan sebagaimana memang tergenapi selama pelayanan-Nya di bumi, dan jika Dia telah dinobatkan sebagai Raja setelah kenaikan-Nya, maka premis minor benar adanya. Dan jika premis kedua benar adanya, maka sub-sub ajaran premilenialisme adalah salah semuanya. Jika kedua premis benar adanya, maka kesimpulannya juga benar adanya. Kesimpulan dasar ini menyatakan bahwa premilenialisme itu salah dan sekarang Yesus memerintah sebagai Raja.
Saya tidak akan meneruskan bukti berbagai elemen dari premis kedua.
1. Nubuatan tentang kematian Kristus digenapi. Dari tulisan Yesaya kita membacanya, “Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya. Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya? Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup, dan karena pemberontakan umat-Ku ia kena tulah” (Yesaya 53:7,8). Ayat-ayat ini jelas sebagai salah satu nubuatan tentang Mesias. Di sini digambarkan (1) Apa yang terjadi terhadap Kristus selama menghadap pengadilan sipil dan agama, dan (2) penyaliban, yang merupakan akibat dari pengadilan itu. Semua hal ini dapat dipelajari selanjutnya di dalam empat kitab Injil. Kisah Para Rasul 8:31-35 menjelaskan bahwa Filipus, seorang penginjil yang diinspirasi, memberitakan Injil kepada seorang Etiopia, dengan menunjukkan bahwa kematian Kristus (dan peristiwa-peristiwa yang menyertainya) merupakan kegenapan dari Yesaya 53 ini. Jadi, jelas bahwa Roh Kudus, melalui tulisan tangan Yesaya, menunjukkan bahwa Kristus datang bukan untuk tinggal dan memerintah di atas bumi dengan kekuatan militer selama 1000 tahun, tetapi untuk disalibkan, sebagaimana ditunjukkan di dalam kitab Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes (dan kitab-kitab Perjanjian Baru lainnya). Hal ini menunjukkan bahwa teori premilenialisme itu salah. Kristus mati “menurut maksud dan rencana-Nya” (Kisah Para Rasul 2:23), bukan sebagai akibat penolakan yang tidak diharapkan (sebagaimana ditekankan ajaran premilenial)!
2. Nubuatan-nubuatan tentang penguburan-Nya digenapi. Nabi Yesaya juga berkata: “Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam matinya ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya” (Yesaya 53:9). Di antara ayat-ayat Perjanjian Baru yang menunjukkan kegenapan dari nubuatan ini adalah sebagai berikut: Matius 27:57-80; Lukas 23:53; Markus 15:46; Yohanes 19:42; 1 Korintus 15. Kristus disalibkan di antara dua pencuri dan dikuburkan di dalam kubur milik Yusuf Arimatea, seorang yang kaya.
3. Nubuatan-nubuatan tentang kebangkitan-Nya digenapi. Pemazmur memberikan kepada kita berita berikut: “Sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan” (Mazmur 16:10). Menurut rasul Petrus (sebagaimana dicatat di dalam Kisah Para Rasul 2:22-23) bahwa ayat ini telah digenapi dengan kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati. Petrus menegaskan bahwa dia dan rasul-rasul lainnya adalah saksi-saksi dari kebangkitan itu. Oleh karena itu, jelas bahwa bukanlah rencana Allah supaya Kristus datang untuk memerintah di atas bumi selama 1000 tahun, tetapi supaya Kristus disalibkan pada akhir pelayanan singkat-Nya di bumi dan dibangkitkan dari antara orang mati sebelum tubuhNya binasa. Hal ini juga membuktikan bahwa teori premilenialisme adalah salah.
3. Nubuatan-nubuatan tentang kebangkitan-Nya digenapi. Pemazmur memberikan kepada kita berita berikut: “Sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan” (Mazmur 16:10). Menurut rasul Petrus (sebagaimana dicatat di dalam Kisah Para Rasul 2:22-23) bahwa ayat ini telah digenapi dengan kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati. Petrus menegaskan bahwa dia dan rasul-rasul lainnya adalah saksi-saksi dari kebangkitan itu. Oleh karena itu, jelas bahwa bukanlah rencana Allah supaya Kristus datang untuk memerintah di atas bumi selama 1000 tahun, tetapi supaya Kristus disalibkan pada akhir pelayanan singkat-Nya di bumi dan dibangkitkan dari antara orang mati sebelum tubuhNya binasa. Hal ini juga membuktikan bahwa teori premilenialisme adalah salah.
4. Nubuatan tentang penobatan-Nya sebagai Raja digenapi. Daniel 7:13, 14 berhubungan dengan kebangkitan Kristus dan penobatan-Nya sebagai Raja. (Kita juga perlu dengan teliti mempertimbangkan Daniel 2:44). Daniel 7:13, 14 menyatakan dengan jelas: (1) bahwa setelah kenaikan Kristus ke surga, kekuasaan dan kemuliaan di dalam kerajaan diberikan kepada-Nya; (2) bahwa semua orang, bangsa, dan lidah akan melayani Dia, dan (3) bahwa kekuasaan-Nya akan menjadi kekuasaan “yang kekal”. Dalam kegenapan nubuatan ini, Kisah Para Rasul 2:1-47 mengajarkan dengan jelas: (1) bahwa kerajaan telah didirikan pada hari Pentakosta pertama setelah kebangkitan Kristus, dan (2) bahwa Dia telah menjadi Raja atas sebuah kerajaan rohani (gereja Tuhan Yesus Kristus, Matius 16:13-18) dan bukan atas suatu pasukan, atas tahta politik kerajaan duniawi di Yerusalem. Selanjutnya pengajaran menakjubkan Kisah Para Rasul 2 (dalam hubungannya dengan perkara yang sudah dekat) perlu dipertimbangkan.
Kisah Para Rasul 2 dan Keagungan Kristus
Beberapa pertimbangan awal. (a) Pada saat pelayanan Yohanes Pembaptis dan Yesus, kerajaan “sudah dekat”. Sebelum menganalisa Kisah Rasul 2 secara rinci, maka adalah penting untuk mencatat bahwa ada waktu persiapan (bagi berdirinya kerajaan) yang dimulai dengan pekerjaan Yohanes Pembaptis dan berlanjut dengan pekerjaan Kristus dan duabelas rasul-Nya. Matius 1-3 memperkenalkan Maria sebagai ibu Yesus, yang melahirkan Yesus oleh kuasa Roh Kudus. Dalam sebuah pernyataan yang dikatakan para imam dan para ahli Taurat kepada Herodes, Matius 2:1-6 menyatakan dengan jelas bahwa Mesias - pemimpin yang akan memimpin umat – akan lahir di kota Betlehem di provinsi Yudea. Dalam Matius 3, fakta bahwa kerajaan surga “sudah dekat” (untuk didirikan) diumumkan oleh Yohanes Pembaptis. Pekerjaan Yohanes Pembaptis sebagai pendahulu, telah dinubuatkan oleh Yesaya (Yesaya 40:3; lihat juga: Markus 1:14, 15; Matius 3:3). Meskipun Yohanes Pembaptis hidup dan mati sebelum gereja Kristus berdiri, dan dia sendiri tidak pernah menjadi warga kerajaan itu, namun selama pelayanannya, dia mengumumkan bahwa kerajaan “sudah dekat” (Matius 3:1-3). Frasa “sudah dekat” tidak berarti bahwa kerajaan saat itu telah siap berdiri. Jika artinya demikian, maka kerajaan itu tidak didirikan oleh Kristus. Tetapi kita tahu bahwa Kristus yang mendirikan kerajaan itu (gereja) (Matius 16:13-18). Frasa “sudah dekat” tentu saja memiliki pengertian dasar, yaitu di masa akan datang. Saat yang dimaksudkan dengan frasa “sudah dekat” ditujukan pada masa akan datang, yaitu hari Pentakosta. Kerajaan tentu saja belum datang ketika Yohanes Pembaptis memberitakan bahwa manusia harus bertobat karena “kerajaan surga sudah dekat”, yang juga belum datang setelah Yesus dibaptis dan memulai pelayanan-Nya. Dan memang demikian adanya karena Yesus juga memberitakan supaya manusia bertobat sebab “kerajaan surga sudah dekat” (Matius 4:17). Tetapi sejak hari Pentakosta, kerajaan sudah berdiri (Kolose 1:13). Dari saat itulah kerajaan sudah berdiri (Kisah Rasul 2:22-47). Segala elemen yang dibutuhkan bagi berdirinya kerajaan tiba pada hari Pentakosta setelah kebangkitan Kristus. Jadi kerajaan surga telah berdiri pada hari itu. Frasa “sudah dekat” tidak pernah ditujukan pada waktu lampau. Juga tidak ditujukan pada waktu jauh di masa akan datang. 600 tahun sebelum kelahiran Kristus, Daniel mengatakan bahwa Allah akan mendirikan kerajaan (Daniel 2:44). Tetapi Daniel tidak mengatakan bahwa kerajaan itu “sudah dekat” pada waktu dia menulis nubuatan tersebut. Pada waktu itu, kerajaan yang dibicarakan Daniel baru akan berdiri 600 tahun kemudian. Tetapi ketika waktu penggenapannya hampir tiba maka dikatakan “sudah dekat”. Jadi waktu berdirinya kerajaan itu tidak digenapi pada saat Daniel menulisnya, tetapi akan digenapi lebih dari 600 tahun di masa akan datang. Tetapi Yesus berkata “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat…” (Markus 1:15). Tuhan tidak mengatakan bahwa waktu berdirinya kerajaan akan digenapi 2000 tahun kemudian. Dia berkata bahwa waktunya “telah genap”. Para premilenialis mengatakan bahwa waktunya belum tiba! Tetapi penulis kitab Ibrani mengatakan bahwa orang-orang Ibrani Kristen telah menerima kerajaan itu pada abad pertama (Ibrani 12:28).
Sebuah pertanyaan krusial harus ditanyakan: Kapankah apa yang disebut sebagai kegagalan kerajaan itu diumumkan? Jawaban Alkitab adalah itu tidak pernah diumumkan! Seseorang dapat menyelidiki seluruh tulisan Injil mulai dari waktu Kristus diadili dan meneguhkan kebenaran bahwa tidak satu pun pernyataan yang mengatakan bahwa kerajaan “ditunda”! Kristus menegaskan bahwa kerajaan itu akan didirikan pada waktu beberapa orang yang masih hidup di masa pelayanan-Nya di bumi: “Kata-Nya lagi kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat bahwa Kerajaan Allah telah datang dengan kuasa" (Markus 9:1). Kecuali ada beberapa orang yang masih hidup pada zaman Yesus mengatakan kerajaan itu sudah berdiri, maka kerajaan itu memang sudah berdiri. Karena tidak ada seorang pun yang hidup (di bumi) itu sekarang ini, maka kerajaan itu sudah berdiri.
Menurut Yohanes 6, Orang-orang Yahudi (atas visi mereka tentang sebuah kerajaan dengan kekuatan militer) mencoba memaksa Yesus untuk menjadi seorang raja yang akan berfungsi sebagai saingan Kaisar (agar mengalahkan pasukan Roma), tetapi Yesus menolak usaha mereka itu (Yohanes 6:15).
Fakta-fakta berikut ini sangat berarti untuk dipahami: (1) Orang-orang Yahudi dengan visi mereka akan kerajaan dunia menginginkan Yesus untuk menjadi seorang raja sipil (dengan sebuah kekuatan militer) atas kerajaan dunia, sekular tersebut, (2) jika misi Yesus kepada orang Yahudi mencakup kerajaan dunia demikian, maka mereka baru akan menerima Yesus, (3) tetapi karena Yesus datang dengan tujuan utamanya untuk mendirikan kerajaan yang sesungguhnya (sebagaimana telah kita pelajari dari nubuatan), maka orang-orang Yahudi menolak-Nya (bdg. Yohanes 1:11-13).
Yohanes 18:33-37 menyatakan dengan jelas bahwa Yesus adalah ‘Raja kebenaran’. Hal ini berarti bahwa kerajaan-Nya sifat dasarnya adalah rohani, bukan jasmani – surgawi, bukan duniawi. Pilatus mengerti hal ini (lihat Yohanes 18:38). Reaksi Pilatus kepada klaim Yesus memberi kepercayaan pada pandangan bahwa Pilatus menilai Yesus adalah seorang ‘pemimpi’ visioner yang menganggap diri-Nya sebagai ‘Raja kebenaran’, (yaitu, seorang raja atas sebuah kerajaan rohani, dan karenanya, tidak ada saingan sama sekali terhadap kaisar, yang memerintah dengan kekuatan militer)! Bahkan pada saat Yesus diadili (sebelum penyaliban), Yesus dengan jelas menubuatkan bahwa Dia akan menjadi Raja dan duduk di sebelah kanan Allah (Lukas 22:69).
Mutlak Yesus tidak memberikan petunjuk apapun tentang ‘penundaan’ pendirian kerajaan. Jadi, jelaslah bahwa gubernur Roma ini (Pilatus) dan pemimpin-pemimpin Yahudi mengerti bahwa Yesus membuat klaim bahwa kerajaan-Nya bukanlah kerajaan yang diinginkan dan diharapkan oleh orang-orang Yahudi.
Saat Yesus diadili di hadapan Pilatus, Dia dituduh oleh orang-orang Yahudi mengklaim diri-Nya sebagai seorang raja. Mereka berusaha mempengaruhi Pilatus bahwa Yesus mengklaim diri-Nya seorang raja yang akan menyaingi kaisar Romawi, atasan Pilatus. Tetapi orang-orang Yahudi tahu jika mereka itu memberikan kesaksian palsu; mereka tahu bahwa Yesus tidak pernah membuat klaim demikian.
Atas fakta itulah maka orang-orang Yahudi membuat tuduhan palsu supaya mereka bisa menyerahkan Yesus kepada Pilatus. Jika tuduhan itu benar bahwa Yesus memang mengklaim diri-Nya sebagai raja (saingan kaisar), maka dalam hubungannya dengan semua pekerjaan besar yang telah dilakukan Yesus di hadapan mereka, seharusnya mereka mengelu-elukan-Nya sebagai raja mereka! Ini yang seharusnya terjadi, sebab nantinya Yesus akan menjadi raja yang mereka inginkan! Tetapi karena Dia bukanlah raja demikian, maka mereka menolak-Nya dan menyerahkan-Nya untuk disalibkan, dan pada saat sedang diadili ini (Lukas 23:3), Pilatus bertanya kepada Yesus, “Engkaukah raja orang Yahudi?” Dan Yesus menjawab, Engkau sendiri mengatakannya.”
Sedikitnya ada tiga hal yang menonjol dalam kejadian ini: (1) Orang-orang Yahudi menuduh Yesus mengklaim diri-Nya sebagai raja atas sebuah kerajaan dunia dengan kekuatan militer untuk menyaingi kekaisaran Romawi, (2) orang-orang Yahudi tahu bahwa tuduhan mereka itu palsu – mereka tahu bahwa Yesus mengklaim diri-Nya sebagai raja atas kerajaan rohani (yang menyebabkan mereka menolak-Nya), (3) Pilatus tahu bahwa tuduhan itu palsu – dia tahu bahwa Yesus mengklaim diri-Nya sebagai raja atas kerajaan rohani, (4) Yesus tahu bahwa tuduhan itu palsu; Dia tahu bahwa Diri-Nya adalah Raja atas kerajaan rohani, bukan atas kerajaan politik, dan (5) tidak mengklaim adanya ‘penundaan’ kerajaan karena penolakan orang-orang Yahudi.
(b) Pertimbangan terhadap Lukas 23:7-76. Dengan tidak adanya otoritas yang sah untuk menghukum mati Yesus, orang-orang Yahudi membawa Yesus ke hadapan gubernur Romawi dan memberi tuduhan palsu terhadap Yesus. Mereka menuduh Yesus telah (1) menodai bangsa Yahudi, (2) melarang untuk membayar upeti kepada kaisar, (3) mengklaim diri-Nya sebagai seorang raja (sebagai saingan kaisar), (4) menghasut orang-orang di seluruh Yudea.
Setelah pengadilan awal, Pilatus dengan jelas menyatakan bahwa dia tidak menemukan kesalahan pada Yesus. Pilatus kemudian bertanya kepada Yesus, “Engkaukah raja orang Yahudi?” Yesus menjawab Pilatus secara afirmatif, “Engkau telah mengatakannya”. Karena tidak menemukan kesalahan pada Yesus, maka Pilatus harus melepaskan Yesus. Tetapi Pilatus mengirim Yesus kepada Herodes yang menyelenggarakan pengadilan “boneka” di wilayah asal Yesus. Herodes juga tidak menemukan kesalahan pada Yesus dan mengirim kembali Yesus kepada Pilatus. Kemudian Pilatus mengatakan kepada orang-orang Yahudi bahwa meskipun mereka telah menuduh Yesus menodai bangsa Yahudi, dia tetap tidak menemukan kesalahan pada Yesus. Dia menyatakan dengan jelas bahwa baik dirinya maupun Herodes, sama-sama tidak menemukan pada Yesus suatu kesalahan apapun yang membuatnya layak dihukum mati. Jadi karena menurut hukum Romawi, mengklaim diri sebagai raja untuk menyaingi Roma adalah sebuah tindak kriminal yang layak mendapat hukuman mati, maka jelas Pilatus membebaskan Yesus dari tuduhan mengklaim diri sebagai raja demikian. Klaim Yesus yang benar itu jangan dilupakan.
Fakta-fakta yang dinyatakan dalam Yohanes 18:33-37 harus diingat kembali. Pilatus bertanya kepada Yesus, “Engkau inikah raja orang Yahudi?” Yesus menjawab, “Adakah orang lain yang mengatakannya kepadamu tentang Aku?” Pilatus berkata, “Bangsa-Mu sendiri dan imam-imam kepala yang telah menyerahkan Engkau kepadaku…” Dan Yesus menjawab, “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan…” lalu Pilatus bertanya, “Jadi Engkau adalah raja?” Jawab Yesus: "Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini…” Ini berarti bahwa Dia datang ke dalam dunia untuk menjadi seorang raja rohani, yaitu “kerajaan kebenaran” – sebuah kerajaan yang berhubungan dengan keselamatan dari dosa. Kerajaan ini bukanlah kerajaan dunia, dengan kekuatan militer, dan sebagainya.
Menurut kitab 1 Korintus 15:3-8, setelah kebangkitan-Nya, Yesus menampakkan diri kepada beberapa orang. Peristiwa ini berlangsung selama kurun waktu 40 hari (Kisah Rasul 1:3). Selama waktu ini, Yesus berbicara tentang kerajaan “yang belum berdiri”. Tidak diragukan bahwa Yesus mengindikasikan (1) bahwa kerajaan tersebut akan berdiri, dan (2) kerajaan itu akan segera berdiri (bdk. Markus 9:1; Lukas 24:44-49).
Selanjutnya, menurut Kisah Para Rasul 1:6, para rasul bertanya kepada Tuhan, "Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?" Nampaknya bahwa bahkan para rasul sendiri (yang adalah orang-orang Yahudi) masih mengharapkan sebuah kerajaan dunia. Dalam menjawab pertanyaan itu, Yesus berkata, “kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” Harus diingat bahwa kerajaan ini akan datang dengan kuasa dan kuasa itu akan datang bersama Roh Kudus. Oleh karena itu, kerajaan ini akan datang bersamaan dengan turunnya Roh Kudus. Roh Kudus turun pada hari Pentakosta setelah kebangkitan Kristus (Kisah Rasul 2:1-4).
Jika gereja dan kerajaan adalah satu dan itu institusi yang sama, dan jika gereja dapat ditunjukkan telah berdiri pada hari Pentakosta setelah kebangkitan Kristus, maka sudah pasti dapat ditunjukkan bahwa kerajaan telah didirikan pada hari Pentakosta. Dari peristiwa selanjutnya nyata bahwa kerajaan telah berdiri.
(c) Memperhatikan Kisah Rasul 2:22-36 secara rinci. Tidak ada bukti yang salah bahwa Kristus telah duduk di tahta Daud pada hari Pentakosta selain yang ditemukan dalam Kisah Para Rasul 2. Hari Pentakosta adalah “hari kelahiran” gereja (kerajaan). Pemberitaan para rasul pada hari itu tentu menyatakan kebenaran ini secara rinci. Para pemberita Injil ini adalah rasul Petrus (yang berkhotbah di Kisah Rasul 2) dan rasul-rasul lainnya. Setiap rasul ini diilhami oleh Roh Kudus, maka dari itu, mereka tidak mungkin salah dalam pemberitaan mereka.
Audiens (para pendengar) pada hari itu terdiri dari orang-orang Yahudi, yang telah menyalibkan Kristus. Mereka telah menantikan Mesias. Mereka berharap agar Mesias segera datang. Tetapi karena kekecewaan mereka terhadap pengajaran Kristus tentang Mesias dan kerajaan, maka orang-orang Yahudi merencanakan penyaliban-Nya. Mereka membenarkan diri atas perbuatan mereka itu.
Bagaimana cara Petrus meyakinkan mereka untuk bertobat (dari tindakan menyalibkan Kristus) dan mentaati Kristus – menyerahkan hidup mereka kepada-Nya? Hal ini hanya bisa dilakukan dengan memberikan bukti-bukti yang benar dan meyakinkan. Dan memang inilah yang dilakukan oleh Petrus seperti diuraikan berikut ini:
(1) dia merujuk kepada mukjizat-mukjizat yang dilakukan Allah dengan perantaraan Yesus di tengah-tengah mereka - mukjizat-mukjizat yang memang mereka (Yahudi) tahu (ay.22);
(2) dia menunjukkan bahwa Yesus telah diserahkan Allah menurut maksud dan rencana Allah (ay.23);
(3) dia menekankan bahwa Allah telah membangkitkan-Nya dan bahwa Petrus bersama rasul-rasul lainnya adalah saksi dari kebangkitan itu (ay.24);
(4) dia menunjukkan bahwa kebangkitan Kristus adalah kegenapan dari nubuatan (ay.25-35).
Perhatikan dengan seksama Kisah Rasul 2:25-35. Petrus mengutip nubuatan dalam Mazmur 16:8-11 dan menyatakan bahwa nubuatan ini berasal dari Daud. Ayat ini berbicara tentang kematian, kebangkitan dan juga ditinggikannya Kristus. Ayat ini mengajarkan secara implisit bahwa seorang itu akan mati, dan jiwanya tidak akan lama berada di dunia orang mati sehingga tubuhnya tidak melihat kebinasaan, dan kemudian dia akan ditinggikan (duduk) di sebelah kanan Allah. Petrus terus melanjutkan bahwa nubuatan Daud ini (tubuh seorang yang dibunuh yang tidak akan melihat kebinasaan itu) tidak ditujukan kepada diri Daud sendiri, tetapi ditujukan kepada Mesias! Menurut ayat 29, seorang yang dibicarakan dalam nubuatan Daud telah dibangkitkan dari antara orang mati, tetapi jelas itu bukan Daud sendiri, karena Daud telah mati dan telah dikuburkan di kota Yerusalem. Petrus menunjukkan bahwa kubur Daud ada pada mereka, masih berisi tubuh Daud yang sudah hancur. Hal ini menunjukkan dengan jelas bahwa Daud tidak menubuatkan tentang dirinya sendiri. Perhatikan betapa krusialnya ayat 30-33. Menurut ayat 30, Petrus menjelaskan bahwa Allah telah bersumpah kepada Daud bahwa Dia akan mendudukkan seorang dari keturunan Daud di atas tahta Daud. Petrus selanjutnya menyatakan bahwa Allah telah berjanji untuk membangkitkan Mesias dari antara orang mati untuk mendudukkan-Nya di atas tahta Daud!
(2) dia menunjukkan bahwa Yesus telah diserahkan Allah menurut maksud dan rencana Allah (ay.23);
(3) dia menekankan bahwa Allah telah membangkitkan-Nya dan bahwa Petrus bersama rasul-rasul lainnya adalah saksi dari kebangkitan itu (ay.24);
(4) dia menunjukkan bahwa kebangkitan Kristus adalah kegenapan dari nubuatan (ay.25-35).
Perhatikan dengan seksama Kisah Rasul 2:25-35. Petrus mengutip nubuatan dalam Mazmur 16:8-11 dan menyatakan bahwa nubuatan ini berasal dari Daud. Ayat ini berbicara tentang kematian, kebangkitan dan juga ditinggikannya Kristus. Ayat ini mengajarkan secara implisit bahwa seorang itu akan mati, dan jiwanya tidak akan lama berada di dunia orang mati sehingga tubuhnya tidak melihat kebinasaan, dan kemudian dia akan ditinggikan (duduk) di sebelah kanan Allah. Petrus terus melanjutkan bahwa nubuatan Daud ini (tubuh seorang yang dibunuh yang tidak akan melihat kebinasaan itu) tidak ditujukan kepada diri Daud sendiri, tetapi ditujukan kepada Mesias! Menurut ayat 29, seorang yang dibicarakan dalam nubuatan Daud telah dibangkitkan dari antara orang mati, tetapi jelas itu bukan Daud sendiri, karena Daud telah mati dan telah dikuburkan di kota Yerusalem. Petrus menunjukkan bahwa kubur Daud ada pada mereka, masih berisi tubuh Daud yang sudah hancur. Hal ini menunjukkan dengan jelas bahwa Daud tidak menubuatkan tentang dirinya sendiri. Perhatikan betapa krusialnya ayat 30-33. Menurut ayat 30, Petrus menjelaskan bahwa Allah telah bersumpah kepada Daud bahwa Dia akan mendudukkan seorang dari keturunan Daud di atas tahta Daud. Petrus selanjutnya menyatakan bahwa Allah telah berjanji untuk membangkitkan Mesias dari antara orang mati untuk mendudukkan-Nya di atas tahta Daud!
Kisah Rasul 2 dan KEAGUNGAN Kristus
Perlu diingat bahwa Allah tidak berdusta (Ibrani 6:18; Titus 1:2; 1 Samuel 15:29). Tidak ada pengecualian atau kemungkinan jika mempertimbangkan perkara-perkara yang dinubuatkan Allah dan rencana-rencana dalam segala maksud-Nya. Tidak ada kegagalan ataupun perubahan rencana itu (bdk. Matius 12:41). Oleh karena itu, maka Petrus menjelaskan bahwa Allah telah menubuatkan kebangkitan Yesus sebagai tindakan untuk menetapkan dan mempersiapkan pemahkotaan Kristus (duduk di atas tahta Daud), dan suatu kebodohan untuk membicarakan dengan para premilenialis yang percaya bahwa Kristus telah datang mengambil tahta itu sebelum kematian-Nya! Premilenialisme adalah bentuk kepercayaan yang berbahaya! Mungkin saja ada klaim bahwa kesalahan pendapat itu (Kristus akan bertahta secara harfiah di atas bumi selama 1000 tahun) tidak akan memutilasi Injil Kristus, tapi mustahil untuk menolak bahwa fondasi premilenialisme tentu saja telah memutilasi Injil Kristus. Mengapa demikian? Karena fondasi premilenialisme adalah bahwa kedatangan Yesus bermaksud supaya Yohanes memberitakan dan Allah berencana dan bermaksud: 1) supaya Yesus duduk di atas tahta Daud sebelum atau tanpa mengalami kematian, dan 2) supaya orang Yahudi mengerti dengan benar hal tersebut. Tentu saja hal ini adalah kesalahan yang fundamental! Jika seseorang membalas dengan mengatakan bahwa dirinya percaya premilenialisme tapi tidak percaya kesalahan fundamental itu, sebagaimana telah dinyatakan fondasinya di sini, maka jawaban yang benar adalah bahwa dia tidak mengerti sepenuhnya doktrin yang dipercayainya! Inilah masalahnya, karena teori ini sebenarnya dibangun atas pandangan:
(1) bahwa Yesus telah datang ke dunia ini untuk mengemukakan tujuan-Nya menjadi raja duniawi atas bangsa Israel, yang identik dengan raja Daud,
(2) bahwa hal itu akan terjadi sebelum kematian-Nya, dan
(3) bahwa rencana-Nya gagal, yaitu sebenarnya Dia gagal dalam misi-Nya, yang menjadi alasan bagi orang Yahudi menolak-Nya.
Hal ini menghasilkan doktrin yang mustahil (sebagaimana dipercaya para premilenialis) (1) bahwa Allah-lah yang merencanakan segalanya dengan cara demikian, (2) bahwa Yohanes Pembaptis memberitakan kepastiannya, dan (3) bahwa Yesus mengajarkan hal demikian dan sesungguhnya telah membuat orang Yahudi mempercayai seluruhnya, tetapi yang sebenarnya tidak pernah terjadi! Jika hal itu tidak serius, maka itu akan menjadi tertawaan, ketika memperhatikan betapa hiruk-pikuknya para premilenialis tentang kepastian janji-janji Allah, dan juga bagaimana mereka menolak janji-janji tentang kerajaan tersebut! Sudah jelas bahwa teori ini tidak hanya menghapus kebenaran tentang Kristus sebagai Raja, Kerajaan-Nya dan rancana keselamatan, melainkan juga menghapus konsep Allah itu sendiri. Itulah masalahnya, karena para premilenialis mengacungkan tinju mereka terhadap ketidakterbatasan-Nya, bukan hanya dari segi kemahakuasaan-Nya tapi juga dari segi kemahatahuan-Nya dan kemahamurahan-Nya.
Tetapi untuk kembali pada garis utama pokok pikiran sebelumnya, perlu diperhatikan bahwa: 1) Petrus mendeklarasikan bahwa Allah telah menubuatkan urutannya demikian: (a) kebangkitan Yesus Kristus, dan (b) duduknya Kristus di atas tahta Daud. Oleh karena demikian kenyataannya, maka jika Yesus telah berencana untuk duduk di atas tahta Daud sebelum atau tanpa mengalami kematian dan kebangkitan-Nya, tentu saja Yesus telah membuat rencana yang bertentangan dengan pernyataan jelas Allah. Atau dengan kata lain bahwa Yesus telah merencanakan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang telah dinubuatkan Allah dengan pasti. Jadi, harus disimpulkan bahwa fondasi doktrin premilenialisme sepenuhnya salah, dan itu sebagai suatu bentuk penolakan terhadap Injil!
Kalau ada orang yang mengatakan bahwa nubuatan tentang Raja dan kerajaan-Nya tidak digenapi atau dengan kata lain bahwa kematian, penguburan, kebangkitan dan penobatan-Nya sebagai Raja bukanlah nubuatan, maka saya meminta perhatiannya untuk meneliti sejumlah ayat kitab suci berikut ini: Lukas 24:44-49; Kisah Rasul 13:29-31; 24:14-15; 26:22-23; 26:23,31. Semua ayat ini menyatakan dengan jelas bahwa hal-hal yang telah terjadi pada Yesus selama pelayanan-Nya di bumi adalah nubuatan dalam Perjanjian Lama. Premilenialisme tidak sesuai dengan Alkitab. Fakta bahwa Yesus menjadi Raja pada hari Pentakosta sesuai dengan kebenaran Alkitab.
(1) bahwa Yesus telah datang ke dunia ini untuk mengemukakan tujuan-Nya menjadi raja duniawi atas bangsa Israel, yang identik dengan raja Daud,
(2) bahwa hal itu akan terjadi sebelum kematian-Nya, dan
(3) bahwa rencana-Nya gagal, yaitu sebenarnya Dia gagal dalam misi-Nya, yang menjadi alasan bagi orang Yahudi menolak-Nya.
Hal ini menghasilkan doktrin yang mustahil (sebagaimana dipercaya para premilenialis) (1) bahwa Allah-lah yang merencanakan segalanya dengan cara demikian, (2) bahwa Yohanes Pembaptis memberitakan kepastiannya, dan (3) bahwa Yesus mengajarkan hal demikian dan sesungguhnya telah membuat orang Yahudi mempercayai seluruhnya, tetapi yang sebenarnya tidak pernah terjadi! Jika hal itu tidak serius, maka itu akan menjadi tertawaan, ketika memperhatikan betapa hiruk-pikuknya para premilenialis tentang kepastian janji-janji Allah, dan juga bagaimana mereka menolak janji-janji tentang kerajaan tersebut! Sudah jelas bahwa teori ini tidak hanya menghapus kebenaran tentang Kristus sebagai Raja, Kerajaan-Nya dan rancana keselamatan, melainkan juga menghapus konsep Allah itu sendiri. Itulah masalahnya, karena para premilenialis mengacungkan tinju mereka terhadap ketidakterbatasan-Nya, bukan hanya dari segi kemahakuasaan-Nya tapi juga dari segi kemahatahuan-Nya dan kemahamurahan-Nya.
Tetapi untuk kembali pada garis utama pokok pikiran sebelumnya, perlu diperhatikan bahwa: 1) Petrus mendeklarasikan bahwa Allah telah menubuatkan urutannya demikian: (a) kebangkitan Yesus Kristus, dan (b) duduknya Kristus di atas tahta Daud. Oleh karena demikian kenyataannya, maka jika Yesus telah berencana untuk duduk di atas tahta Daud sebelum atau tanpa mengalami kematian dan kebangkitan-Nya, tentu saja Yesus telah membuat rencana yang bertentangan dengan pernyataan jelas Allah. Atau dengan kata lain bahwa Yesus telah merencanakan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang telah dinubuatkan Allah dengan pasti. Jadi, harus disimpulkan bahwa fondasi doktrin premilenialisme sepenuhnya salah, dan itu sebagai suatu bentuk penolakan terhadap Injil!
Kalau ada orang yang mengatakan bahwa nubuatan tentang Raja dan kerajaan-Nya tidak digenapi atau dengan kata lain bahwa kematian, penguburan, kebangkitan dan penobatan-Nya sebagai Raja bukanlah nubuatan, maka saya meminta perhatiannya untuk meneliti sejumlah ayat kitab suci berikut ini: Lukas 24:44-49; Kisah Rasul 13:29-31; 24:14-15; 26:22-23; 26:23,31. Semua ayat ini menyatakan dengan jelas bahwa hal-hal yang telah terjadi pada Yesus selama pelayanan-Nya di bumi adalah nubuatan dalam Perjanjian Lama. Premilenialisme tidak sesuai dengan Alkitab. Fakta bahwa Yesus menjadi Raja pada hari Pentakosta sesuai dengan kebenaran Alkitab.
Tetapi beberapa orang keberatan bahwa apa yang telah diperdebatkan di atas adalah pandangan anti Alkitab, dimana Yesus dipercaya akan menjadi raja di tahta Daud atas bangsa Israel secara harfiah ketika berada di bumi (sebelum dan tanpa kematian dan kebangkitan-Nya). Tetapi menurut mereka bukan berarti itu membuktikan bahwa Kristus telah duduk di atas tahta tersebut. Ini berarti mereka berpendapat bahwa ayat-ayat dari Kisah Rasul 2 tidak membuktikan hal itu.
Tetapi ayat 33 harus diperhatikan: “Dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan Allah dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka dicurahkan-Nya apa yang kamu lihat dan dengar di sini.” Beberapa orang beranggapan bahwa ketika Kristus dibangkitkan dari antara orang mati untuk duduk di atas tahta dan secepatnya akan duduk di atas tahta itu, tidak membuktikan bahwa Dia telah duduk di atas tahta tersebut. Tetapi dengan perkataan bahwa Yesus “ditinggikan oleh tangan kanan Allah”, Petrus mengatakan bahwa Yesus telah menjadi Raja dan sedang duduk di atas tahta-Nya saat itu juga!
Jadi dari ayat-ayat ini kita menyimpulkan setidaknya hal-hal berikut ini: 1) Bukanlah tujuan Kristus ketika datang ke bumi ini untuk duduk di atas tahta Daud secara harfiah di Yerusalem sana selama 1000 tahun di bumi ini, 2) Tuhan tidak harus menunggu hingga Dia datang kembali untuk diangkat menjadi Raja, tetapi Dia sudah menjadi Raja pada saat Petrus memberitakan Injil pada hari Pentakosta.
Perhatikan perkataan Petrus di Kisah Para Rasul 2:36: “Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus." Petrus menggunakan nubuatan-nubuatan yang dibentangkan oleh orang-orang Yahudi sendiri (oleh bimbingan Roh Kudus - 2 Petrus 3:20,21) untuk menunjukkan bahwa Daud telah menubuatkan salah seorang dari keturunannya akan duduk di atas tahtanya, yang implikasinya bahwa penobatan tersebut tidak memerlukan upacara militer, pelantikan pemerintahan sipil, yang dinanti-natikan oleh orang-orang Yahudi, melainkan Yesus sendiri yang telah duduk di atas tahta itu.
Apakah kekuatan dari argumen yang jujur ini? Argumen ini sangat kuat karena ribuan orang Yahudi yang telah terlibat dalam penyaliban Kristus bertobat dari kejahatan mereka dan membuat keputusan untuk menjadikan Kristus sebagai Raja dalam hidup mereka. Mereka menaati Injil, dibaptis di dalam Dia (Kisah Rasul 2:41).
Jadi hal itu sudah terlihat bahwa minor premis dari argumen dasar telah dibuktikan. Hal ini telah dilakukan dengan membuktikan bahwa setiap elemen pembantu yang terdiri dari minor premis adalah benar adanya. Oleh karena kedua premisnya (major premis dan minor premis) adalah argumen yang benar, maka saya membuat bukti dengan kesimpilan: doktrin premilenialisme adalah palsu dan Yesus saat ini sedang memerintah sebagai Raja. Maka, sebagaimana telah dibuktikan (1) bahwa argumen dasar yang tercakup itu sah dan, (2) bahwa premis-premis argumen itu benar, maka hal-hal berikut telah terbukti: (1) doktrin premilenialisme itu palsu dan (2) Yesus Kristus saat ini sedang memerintah sebagai Raja atas kerajaan-Nya (gereja).
(Diterjemahkan dari Seri Spiritual Sword, Vol.9, 1977, Premillenialism - Part I)
Sebuah kupasan yang detail!
BalasHapusIni sudah 2000 thn loh bukan seribu tahun lagi, Jika Yesus dikatakan sdh memerintah, trus kapan kebangkitan orang percaya menyongsong Tuhan diangkasa?
BalasHapusPosting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar dapat kami tampilkan. Terima kasih.