Saya sering membaca dan mendengar keluhan anggota-anggota gereja tentang betapa "kering", tidak menarik, membosankan dan tidak bersemangatnya acara kebaktian di Gereja Jemaat Kristus. Mereka menuding pengkhotbah dan pemimpin nyanyianlah sebagai penyebabnya. Mereka memuji betapa bersemangat dan hingar bingarnya kebaktian di gereja-gereja yang beraliran Karismatik. Benarkah gambaran kebaktian kita seperti keluhan-keluhan itu? Apakah sebenarnya yang kita cari dalam kebaktian?

Berbakti kepada Allah adalah hak istimewa yang Allah berikan kepada kita dan itu adalah suatu tanggung jawab yang luar biasa besarnya. Kegagalan kita untuk memahami kebenaran ini akan membuat kita bersikap seperti Kain (Kejadian 4), Nadab dan Abihu (Imamat 10) dan Raja Saul (1 Samuel 13) yang jatuh dan menerima hukuman yang menyedihkan. Tuhan kita mengecam orang-orang pada zaman itu sebab mereka beribadat menurut ajaran-ajaran manusia dan bukan ajaran Allah (Matius 15:9). Penyembah-penyembah Allah harus menyembah Dia di dalam Roh dan Kebenaran (Yohanes 4:4). Beberapa orang Kristen tidak menemukan suka-cita dalam berbakti seperti keluhan-keluhan tersebut di atas dikarenakan mereka salah mengerti akan maksud dan tujuan kebaktian.

Kebaktian Bukanlah untuk menyenangkan diri sendiri, tetapi untuk memuja Allah.
Semua tokoh-tokoh Perjanjian Lama tersebut di atas menyenangkan diri mereka sendiri dan bukan Allah, juga orang-orang yang menyembah dengan sia-sia yang ditegur oleh Tuhan kita Yesus Kristus. Sejak dahulu kala segala macam praktek peribadatan telah dimasukkan oleh manusia termasuk menghitung biji tasbih, penyembahan terhadap Maria, penggunaan alat-alat musik dan juga sekarang ini tari-tarian. Hal-hal tersebut dan mungkin masih ribuan lagi yang lainnya dilakukan oleh karena manusia menyukainya, tidak peduli apakah itu sesuai dengan Firman Allah atau tidak. Sangat disesalkan bahwa beberapa anggota jemaat Tuhan sekarang ini lebih peduli dengan apa yang menyenangkan mereka dari pada yang dapat menyenangkan Allah. Tetapi kalau kita tidak berbakti seperti yang Allah kehendaki maka kebaktian kita akan menjadi sia-sia (1 Samuel 15:22; Matius 15:9).

Kebaktian bukanlah untuk membangkitkan tetapi untuk mengekspresikan kerohanian kita.
“Kebaktian” berarti “menyembah”, “menunduk”, “menghormat”, semua ini berhubungan dengan ekspresi dari kasih, penyerahan dan keinginan untuk melayani dan memuliakan Allah. Tetapi manusia seringkali merasa kecewa kecuali kebaktian itu disertai dengan sesuatu yang menghibur (entertaining) “berbeda” dan sesuatu yang menggairahkan dalam pertemuan-pertemuan peribadatan. Sekarang, jika seseorang betul-betul mengekspresikan kasih dan pujanya pada Allah seperti yang Allah ajarkan, semangatnya akan tumbuh dan kasihnya kepada Allah akan semakin intens. Tetapi ini adalah hasil alami yang mengalir dari kebaktian yang benar, dan bukanlah tujuan dari kebaktian.

Kebaktian bukanlah untuk menerima melainkan untuk memberi.
Kita seharusnya datang untuk “mempersembahkan korban syukur kepada Allah....” (Ibrani 13:15). Cara yang telah ditetapkan oleh Allah adalah kita datang bersama untuk mempersembahkan ucapan syukur, pujian, penyerahan dan uang kita di korbankan, kita mengasihiNya. Mereka yang mengeluh, “Saya tidak mendapatkan apa-apa di kebaktian”, menunjukkan bahwa dia mementingkan diri sendiri. Mereka datang hanya untuk mendapatkan (menerima) dan bukan untuk memberi. Penyembah-penyembah yang benar selalu menerima banyak berkat, tetapi ini adalah hasil dari memberikan diri sendiri dalam pujian dan pelayanan kepada Allah.

Kita bukanlah pemerhati.
Kegagalan untuk mengerti ini akan mengakibatkan orang-orang yang duduk di bangku menjadi tukang kritik. Mereka mengkritik pengkhotbah, pemimpin doa dan pemimpin nyanyian. Allah memperhatikan orang-orang yang duduk di bangku sama seperti Dia memperhatikan orang yang berkhotbah di belakang mimbar. Dia mempedulikan suasana hati orang yang menyanyi di bangku sama seperti Dia peduli terhadap orang yang sedang memimpin nyanyian. (A.D.)

Post a Comment

Berkomentarlah dengan sopan agar dapat kami tampilkan. Terima kasih.