Tepat sekali kita telah sampai kepada pelajaran terakhir  “Buah-buah Roh” yaitu Penguasaan Diri.  Selama musim liburan ini banyak diantara kita yang mungkin akan makan sedikit lebih banyak dari pada seharusnya atau menghabiskan sedikit lebih banyak uang dari pada yang seharusnya kita habiskan untuk hadiah “khusus” tertentu.  Ya, kita semua perlu sedikit penguasaan diri ketika berhadapan dengan cobaan-cobaan yang demikian.  Tentu saja fokus dari buah-buah roh berhubungan dengan fitnes (kesehatan) rohani, bukan fisik.  Tetapi sama seperti fitnes fisik yang membutuhkan latihan, untuk menjadi fit (sehat) secara rohani, kita perlu untuk melatih hati dan pikiran kita.
        Fitnes rohani membutuhkan motivasi, kerja keras dan penguasaan diri untuk berlatih secara efektif.  Kasih kita kepada jiwa-jiwa yang sesat seharusnya memotivasi (mendorong) kita untuk menjangkau mereka dengan Injil.  Janji surga seharusnya memotivasi kita untuk hidup sesuai dengan hukum Allah.  Kita harus bekerja untuk membawa Injil kepada setiap jiwa, atau yakin bahwa Injil tersebar.  Kita harus mempraktekkan ajaran-ajaran dan perintah-perintah yang dituntut Kristus dari kita sebagai tubuhNya.  Tetapi semangat dan motivasi kita untuk bekerja bagi guru besar akan menjadi sia-sia atau nihil jika kita tidak memiliki penguasaan diri.
    Kita harus menyangkali diri sendiri, dan menyadari bahwa Yesuspun hidup dalam penguasaan diri.  Yesus berbicara tentang kematianNya pada satu kesempatan dan Petrus menegurNya sambil mengatakan bahwa kematian Yesus tidak akan terjadi pada diriNya.
    Kemudian Yesus mengajarkan sebuah pelajaran penting (serius) tentang apa yang perlu untuk menjadi salah seorang dari pengikut-pengikutNya yang benar.   Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.  Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya (Matius 16:24, 25).  Menyangkali diri sendiri bukanlah suatu hal yang mudah dilakukan.  Menyangkali diri berlawanan dengan sifat manusia bila dengan sengaja mengizinkan orang lain mengontrolnya.  Contohnya, lihatlah hubungan perkawinan.  Hampir setiap masalah yang terjadi dalam perkawinan disebabkan oleh sifat mementingkan diri sendiri.  Tidak mengindahkan perkataan.  Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi isterinya (1 Korintus 7:4).  Kesukaran-kesukaran perkawinan timbul oleh karena kurangnya penguasaan diri.  Supaya berkenan kepada Allah kita harus menyangkali diri sendiri.
    Lidah kita, jika tidak dikuasai, akan membawa kita ke dalam segala bentuk kesulitan.  Yakobus berkata:  Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya (Yakobus 3:2).  Perkataan yang kita ucapkan setiap hari sangatlah penting.  Perkataan itu menyatakan pikiran kita, maksud kita, dan sikap kita.  Lihat Simon, tukang sihir.  Disini seorang yang masih bayi di dalam Kristus yang berasal dari latar belakang kehidupan yang suram, dan dia masih tetap memakai pikiran dari kehidupan masa lalunya dalam dosa.   Ketika Simon melihat, bahwa pemberian Roh Kudus terjadi oleh karena rasul-rasul itu menumpangkan tangannya, ia menawarkan uang kepada mereka, serta berkata: "Berikanlah juga kepadaku kuasa itu, supaya jika aku menumpangkan tanganku di atas seseorang, ia boleh menerima Roh Kudus" (Kisah Rasul 8:18, 19).  Mulutnya menyatakan hatinya yang tamak.  Lidah kita seharusnya membanggakan anugerah dan kemuliaan Allah.  Oleh karena terpisah dari Allah akibat perkataan kita, maka kita akan diselamatkan dengan pengakuan kita,  Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan (Roma 10:10).
    Kita harus menguasai pikiran kita, Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia. "Silakan makan dan minum," katanya kepadamu, tetapi ia tidak tulus hati terhadapmu (Amsal 23:7; Matius 15:17-19).  Saya heran mendengar seorang ‘Penginjil’ denominasi berkata, “Anda tidak dapat menguasai apa yang Anda pikirkan.”  Pernyataan ini bertentangan dengan pengajaran Alkitabiah tentang melatih penguasaan diri.  Kita dapat memutuskan apa yang semestinya kita pikirkan, Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu (Filipi 4:8).  Kita harus menguasai tubuh, lidah, pikiran dan melatih semuanya untuk tunduk kepada Kristus.

Post a Comment

Berkomentarlah dengan sopan agar dapat kami tampilkan. Terima kasih.