Kira-kira setahun yang lalu, di Pelham Alabama, dua orang perempuan sedang berkendaraan melintasi jalan raya antar negara bagian dalam keadaan lalu lintas yang cukup padat.  Dengan marah-marah, seorang perempuan memotong jalan di depan perempuan yang lain, mencoba untuk keluar dari jalan raya itu.  Karena perempuan tersebut senang memasuki jalan raya antar negeri bagian, dan sementara mereka sedang menunggu lampu merah ke lampu hijau di puncak jalan yang melandai, wanita muda yang di potong jalannya tadi keluar dari mobilnya lalu pergi ke kendaraan wanita tua lainnya dan mulai mengeluarkan cercaan dan mengutukinya.  Perempuan yang sedang duduk di dalam mobil itu mengeluarkan sebuah senjata, menembak dan membunuh wanita muda yang berbantahan dengannya.  Pihak media memuat berita yang berisi sebuah tontonan dari seluruh peristiwa itu.  Kedua wanita itu adalah berstatus ibu dan isteri.  Satu berbaring mati dan yang lain di hukum 25 tahun dalam penjara.
         Saya tidak tahu bagaimana Anda memandang kejadian-kejadian yang kejam dan tidak perlu terjadi seperti kejadian ini contohnya.  Tetapi hal ini mengingatkan saya kembali pada orang pertama dalam sejarah.  Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, (Kejadian 6:5).  Orang-orang menjadi begitu jahat, hal yang baik dikatakan sebagai hal yang buruk, dan sebaliknya yang buruk dikatakan baik.  Maka orang-orang dan itu kelihatan hari ini, hanya melihat pada diri mereka sendiri.  Tidak ada kepedulian yang ditunjukkan kepada sesama, baik laki-laki ataupun perempuan.  Jikalau kebaikan ada di dalam ke dua perempuan tadi, maka kejadian yang berakhir dengan tragis ini tidak akan terjadi.
         Yesus mengajarkan sebuah pelajaran tentang kebaikan di dalam perumpamaan terkenal, yaitu “Orang Samaria yang Baik Hati” (Lukas 10:25-37).  Seorang imam dan seorang Lewi adalah gambaran dari orang-orang umum hari ini.
Masyarakat kita terdiri dari orang-orang yang tidak peduli, tanpa kasih dan tidak mau melibatkan diri dengan orang lain.  Mengapa mereka harus demikian?  Mereka tidak istimewa bagi siapapun, dan tidak seorangpun yang menunjukkan kebaikan apapun kepada mereka.  Sahabat, ini bukanlah cara untuk menghidupkan kehidupan.  Kita tahu bahwa kita istimewa bagi pencipta dan Dia tidak memandang muka orang (Kisah Rasul 10:34).  Dia mengasihi setiap jiwa yang ada, bekerja, dan akan hidup.  Kristus mengasihi kita dengan mati untuk kita.  Allah sangat mengasihi kita sehingga Dia mengutus AnakNya yang tunggal.
         Yesus tidak hanya mengajarkan pelajaran tentang kebenaran kepada kita, Dia juga memberikan kita contoh-contoh kebaikan.
         Dalam Yohanes pasal 4 kita membaca sebuah kisah ketika Yesus dan murid-muridNya berjalan melalui Samaria di Galilea.  Dia berhenti di sebuah sumur yang di buat Yakub, dan murid-muridnya pergi ke Sikhar untuk mencari makanan.  Dia bertemu seorang perempuan Samaria dan mulai berbicara dengannya.  Perempuan itu hidup dalam keadaan zinah, dia di benci oleh orang-orang Yahudi, dia adalah seorang perempuan (tentu saja mereka diperlakukan dengan tidak wajar oleh kebanyakan laki-laki saat ini).  Tetapi Yesus berbicara kepadanya dengan baik-baik.  Dia tidak meneriaki atau menghukum perempuan itu, tetapi berbicara kepadanya dengan hormat, dan menyingkap kebenaran.  Karena sifat Yesus itu, dia pergi ke kotanya dan memaksa laki-laki untuk datang berbicara kepadaNya.  Juga saya percaya, sebagai hasil langsung dari kebaikan, tentu lebih banyak lagi orang yang mentaati Yesus.
        Aplikasi yang perlu kita buat adalah ini: Beritakan kebenaran yang murni kepada orang-orang dengan kebaikan.  Yesus tidak melunakkan kebenaran, juga tidak memandang remeh situasi perempuan Samaria itu.  Dia memperlakukan perempuan itu dengan hormat dan memastikan bahwa perempuan itu menerima apa yang dibutuhkannya.  Kita dapat mengajarkan Injil kepada orang lain, tetapi kita harus melakukannya dengan cara hormat, dan dengan rasa peduli yang dalam untuk sebuah jiwa yang sesat.  Ketika kita menghukum dan mengukur, kita menunjukkan kepada orang lain bahwa kita tidak memiliki kepedulian terhadap jiwa mereka, hanya suatu sikap dendam sehingga kita mencoba untuk “memotong karcis kita sendiri”.  Milikilah belas kasihan dan kepedulian.  Ketika kita baik hati kepada sesama kita manusia, berarti kita menunjukkan Kristus kepada mereka.

1 Komentar

Berkomentarlah dengan sopan agar dapat kami tampilkan. Terima kasih.

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan sopan agar dapat kami tampilkan. Terima kasih.